Subsidi (juga
disebut subvensi) adalah bentuk bantuan keuangan yang dibayarkan kepada
suatu bisnis atau sektor ekonomi. Sebagian subsidi diberikan oleh pemerintah
kepada produsen atau distributor dalam suatu industri untuk
mencegah kejatuhan industri tersebut (misalnya karena operasi merugikan yang
terus dijalankan) atau peningkatan harga produknya atau hanya untuk
mendorongnya mempekerjakan lebih banyak buruh (seperti dalam subsidi upah). Contohnya adalah subsidi untuk mendorong
penjualan ekspor;
subsidi di beberapa bahan pangan untuk
mempertahankan biaya hidup, khususnya di wilayah perkotaan; dan
subsidi untuk mendorong perluasan produksi pertanian dan
mencapai swasembada produksi pangan.
Subsidi
dapat dianggap sebagai suatu bentuk proteksionisme atau penghalang perdagangan dengan memproduksi barang dan jasa domestik
yang kompetitif terhadap barang dan jasa impor. Subsidi dapat mengganggu pasar
dan memakan biaya ekonomi yang besar. Bantuan keuangan dalam bentuk subsidi
bisa datang dari suatu pemerintahan, namun istilah subsidi juga bisa
mengarah pada bantuan yang diberikan oleh pihak lain, seperti perorangan atau
lembaga non-pemerintah.[1]
Menurut saya subsidi adalah bantuan berupa uang tunai
atau potongan harga suatu produk untuk membantu rakyat yang lebih lemah, uang
yang diperoleh adalah berasal dari anggaran negara, rakyat yang lebih mampu
berupa pajak dan lain-lain.
Berbicara mengenai subsidi tidak bisa jauh
dari subsidi bahan bakar minyak (BBM) karena subsidi BBM membutuhkan anggaran
cukup besar dalam APBN dan pemerintah sampai sekarang masih ragu untuk
mengurangi subsidi BBM bahkan selalu meningkat setiap tahunnya. Pemerintah sudah beberapa kali merencanakan
pengurangan subsidi dengan berbagai macam cara
tetapi belum sampai pengurangan subsidi diterapkan pemerintah
sudah berhenti tidak jadi melakukan pengurangan subsisi dengan mementingkan
pertimbangan politik mengabaikan pertimbangan ekonomi.
Pemerintah harus mempunyai keberanian untuk mengurangi
subsidi BBM secara bertahap karena subsidi BBM telah memberatkan APBN. Dapat dilihat bahwa subsisi BBM tidak tepat
sasaran karena yang menikmati subsidi BBM adalah masyarakat yang ekonominya
termasuk baik bahkan dari golongan kaya.
Pada dasarnya,
APBN adalah uang rakyat. Salah satu sumber utama pendanaan adalah uang
masyarakat yang dihimpun melalui pajak, cukai dan serangkaian pungutan lainnya, yang dipakai untuk menyejahterakan rakyat.
Subsidi BBM juga salah satu bentuk yang dipakai pemerintah untuk
menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat. Namun, jika anggaran subsidi
itu terus naik maka akan membebani
APBN.
Bila jumlah subsidi BBM
tidak berkurang maka akan banyak dana subsidi yang tidak efektif. Akan lebih
efektif bila dana tersebut digunakan untuk mendanai program lain yang lebih
bermanfaat bagi masyarakat daripada untuk subsidi BBM yang hanya digunakan
sebagian kecil masyarakat yang memiliki kendaraan bermotor. Uang sebanyak itu
bisa digunakan untuk mendanai program pemberantasan kemiskinan, dan pembangunan
daerah seperti jalan raya, jembatan, pelabuhan yang membantu akses antar daerah
terutama yang masih dipelosok atau pedalaman, yang jarang tersentuh bantuan.
Sehingga memudahkan program pemerintah menjangkaunya.
Dalam jangka panjang ,
penggunaan BBM yang semakin meningkat akan berdampak bagi lingkungan.
Pembakaran BBM akan menghasilkan asap yang menjadi polusi udara dan berbahaya
bagi kesehatan manusia dalam waktu yang lama. Udara yang tercemar dan mengancam
kesehatan tentu merugikan banyak masyarakat, terutama masyarakat yang tidak
menggunakan BBM. Diharapkan pengurangan konsumsi BBM juga akan mengurangi
pencemaran udara akibat BBM.
Adanya keputusan
pemerintah awalnya akan berdampak bagi perekonomian, tetapi hal tersebut akan
diikuti dengan penyesuaian-penyesuaian dalam bidang ekonomi sehingga akan
membentuk keseimbangan baru. Bukan hanya satu kali harga BBM naik. Pada masa
terdahulu harga BBM juga pernah naik. Menurut pengalaman yang sudah terjadi,
perekonomian selalu menyesuaikan terhadap perubahan yang terjadi di bidang
ekonomi. Salah satunya terhadap kenaikan harga BBM subsidi. Diharapkan adanya
pengurangan subsidi BBM akan membawa dampak positif lebih banyak daripada dampak negatifnya. Yang lebih berguna bagi masyarakat yang kurang mampu.
Karena masyarakat yang kurang mampu bukanlah masyarakat pengonsumsi BBM dengan
demikian masyarakat yang kurang mampu tidak banyak menikmati adanya subsidi BBM
itu.
Disisi lain terjadi adanya penyelundupan atau penimbunan
BBM bersubsidi ke luar negeri oleh pihak-pihak yang berkuasa akibat perbedaan
harga yang jauh dengan negara lain. Hal ini juga merenggut hak masyarakat atas
subsidi BBM yang dikeluarkan oleh anggaran negara yang sesungguhnya adalah uang
rakyat. Sehingga yang berhak menikmatinya adalah rakyat indonesia, bukan
penduduk negara lain yang ikut menikmati BBM hasil selundupan. Mungkin
pengurangan subsidi tidak perlu dilakukan jika subsidi BBM benar-benar
diperuntukkan bagi rakyat yang benar-benar membutuhkan subsidi. Jika hal itu
terjadi, konsumsi BBM tidak akan meningkat sebanyak seperti ini, karena yang
terjadi sekarang, subsidi BBM menjadi salah arah dan ikut dinikmati oleh
masyarakat yang sebenarnya mampu secara ekonomi untuk beralih ke BBM yang tidak
bersubsidi. Sosialisasi dan himbauan pemerintah untuk beralih ke BBM nonsubsidi
bagi masyarakat yang mampu secara ekonomi sudah dilakukan tapi tidak mampu
mengurangi konsumsi terhadap BBM subsidi seperti yang diharapkan pemerintah.
Pemerintah perlu melakukan langkah tegas untuk mengurangi pengeluaran negara
untuk subsidi BBM yang terus membebani APBN, yaitu dengan mengurangi subsidi
BBM. Yang sebenarnya juga mengurangi hak masyarakat terhadap subsidi BBM.
Tetapi sebaliknya anggaran yang bisa dihemat
dengan pengurangan itu bisa dialihkan untuk mendanai program lainnya yang lebih
tepat sasaran untuk membantu rakyat yang
kurang mampu secara ekonomi.
Pemberian subsidi BBM
harus adil dan sama karena subsidi yang diberikan merupakan hak bagi semua rakyat
tanpa terkecuali. Tetapi dalam pelaksanaannya subsidi BBM lebih banyak
dinikmati oleh masyarakat yang mampu dan
tidak banyak berdampak bagi masyarakat
kurang mampu secara ekonomi yang sebenarnya lebih membutuhkan bantuan
pemerintah dalam bentuk subsidi. Dana yang bisa dihemat dari pengurangan
subsidi BBM dapat digunakan mendanai program lain yang lebih bermanfaat dan
tepat guna bagi masyarakat menujukkan pengurangan subsidi lebih adil dan bisa
dinikmati secara lebih luas oleh masyarakat. Di sisi lain pemerintah tetap
memberi subsidi kepada semua rakyat tanpa terkecuali dan hanya mengurangi
besarnya jumlah subsidi saja. Pemberian subsidi menunjukkan perhatian
pemerintah kepada rakyat untuk mengurangi beban perekonomian, tetapi faktanya
bahwa subsidi banyak dinikmati oleh masyarakat yang mampu secara ekonomi. Maka
masih butuhkah pemberian subsidi dilakukan kepada masyarakat yang sesungguhnya
sudah mampu, sementara dilain pihak masyarakat lebih luas membutuhkan perhatian
dalam bentuk lapangan kerja, pendidikan, sarana dan prasarana dan lain-lain.
Tetapi sebelum menguragi subsidi pemerintah harus bisa
memperbaiki kinerjanya dari pusat sampai ke daerah dan pemimpinnya harus bisa
memberi contoh yang baik kepada masyarakat. Setiap pemerintah merencanakan mengurangi
subsidi masyarakat menilai kinerja pemerintah belum maksimal.
Apabila pemerintah mampu mengurangi subsidi BBM tanpa
menimbulkan keresahan masyarakat dan mampu mengendalikan inflasi sehingga
pemerintah mempunyai aggaran yang cukup untuk membangun sarana dan prasarana,
menambah anggaran untuk kesehatan masyarakat, peningkatan pendidikan, dan
bantuan sosial bagi masyarakat yang membutuhkan. Apabila subsidi tidak
dikurangi, dikhawatirkan masyarakat kecil yang lebih membutuhkan perhatian
pemerintah akan terabaikan karena lebih condong kepada masyarakat menengah ke atas.
Pemerintah diharapkan secara bertahap mengurangi subsidi
dan dialihkan ke subsidi kepada orang-orang yang berhak menerima atau usaha
yang melayani kepentingan masyarakat seperti subsidi untuk kereta api kelas
ekonomi, subsidi kapal laut untuk kelas ekonomi, subsidi untuk angkutan umum.
Selama pemerintah tetap mensubsidi barang seperti subsidi
BBM maka permasalahan subsidi BBM tidak pernah berakhir di Indonesia, apalagi
tipe masyarakat Indonesia kebanyakan lebih suka menerima bantuan dari pada suka
memberi bantuan, lihat saja sudah memiliki mobil masih juga meminta subsidi
BBM. Dalam
hal pengelolaan tentu subsidi barang lebih mudah dibandingkan apabila subsidi langsung tetapi dalam ketepatan
sasaran subsidi langsung lebih tepat
sasaran dibandingkan dengan subsidi barang.